Apakah kalian menyadari, ada yg berbeda pada Ramadhan dan lebaran tahun ini?
Orang-orang yang buat target full tarawih di masjid, full shalat shubuh di masjid, full itikaf 10 hari terakhir, atau full shalat lima waktu di masjid, malah membuat 'rekor' tidak ke masjid sama sekali selama Ramadhan. Yang biasanya cukup mendengarkan suara imam tarawih yang merdu, sekarang harus menggali-gali hafalan agar shalat tarawihnya gak baca surah yang itu-itu saja. Tak terdengar ayat khas Q. S. Al-Baqarah: 183-185. Laki-laki yg biasanya shalat tarawih sambil ngantuk dan gak fokus, sekarang harus jadi imam di keluarga sendiri.
Antara penceramah dan jamaah sekarang dibatasi layar HP, laptop, atau TV, dari yg biasanya hanya dibatasi udara dari hembusan kipas angin masjid atau tembok masjid kalau di dalem penuh. Tak perlu repot-repot mencari masjid untuk tempat itikaf yg nyaman, pakai AC, berkarpet empuk, materi kultumnya menarik, qiyamullail nya cepet, dan dapat sahur gratis. Semua bisa dilakukan di kamar sendiri yg nyaman, di kasur yg empuk, mungkin pakai AC, topik kultum semau kita di Youtube, dan qiyamullail secepat atau selama yg kita mau. Bukber yang biasanya hanya wacana, sekarang malah tidak terdengar wacananya. Gak ada ribetnya sesuain jadwal yg kosong, cari-cari tempat, booking restoran. Semua hanya karena ada kata 'bersama' di situ.
Lebaran yang identik dengan silaturahmi dan halal bi halal, sejenak ditiadakan. Tidak bisa icip-icip kue lebaran dan opor tetangga atau kerabat, sehingga harus puas dengan masakan sendiri. Mudik yg jadi tradisi masyarakat Indonesia sekarang dilarang. Kosongnya jalan di Jakarta sudah menjadi tren tiap lebaran dengan seluruh jalan 'berwarna hijau' di Google Maps. Tahun ini juga begitu, tetapi alasannya bukan karena mudik sepertinya. Reporter-reporter yg menyampaikan arus lalin di jalur mudik, serta kepolisian dan dishub yg menyampaikan angka dan data kendaraan pemudik, berganti dengan humas-humas yg menyampaikan angka dan grafik "positif" serta kematian.
Baju baru untuk lebaran pun jadi tidak relevan lagi, karena toh lebaran di rumah saja kan? Kedatangan tamu juga tidak. Gak perlu rapi-rapi, gak akan ada orang yang melihat baju barumu. Shalat Eid yg menjadi shalat paling akbar dengan jamaah terbanyak, sekarang tidak melebihi jamaah shalat shubuh di bulan biasa. Sunnah-sunnah seperti mengumandangkan takbir sepanjang perjalanan ke lapangan, melalui jalur pulang yg berbeda, menyapa tetangga sekitar, mengucap "Selamat lebaran, mohon maaf lahir batin" tiba-tiba hilang.
Ramadhan apa tanpa ke masjid dan lebaran apa tanpa silaturahmi? Ya, Ramadhan dan lebaran 1441 H. Dan ya, semua karena virus itu. Bukan karena pemerintah zalim, fitnah dajjal, atau invasi alien seperti di film-film. Virus yg bahkan lebih kecil dari rambut dibelah tujuh.
Semoga Ramadhan dan lebaran tahun depan tidak seperti tahun ini dan kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Serta kita masih diberi umur untuk merasakannya. Aamiin.
(Tulisan ini mungkin akan bersambung)
Walaupun begitu,
Semoga Allah masih menerima ibadah kita, yg 'terdisrupsi' oleh pandemik.
Taqabbalallahu minna wa minkum
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan yg pernah diperbuat
Nb: ilustrasi berdasarkan fatwa MUI dan imbauan pemerintah untuk melaksanakan Shalat Eid di rumah
Orang-orang yang buat target full tarawih di masjid, full shalat shubuh di masjid, full itikaf 10 hari terakhir, atau full shalat lima waktu di masjid, malah membuat 'rekor' tidak ke masjid sama sekali selama Ramadhan. Yang biasanya cukup mendengarkan suara imam tarawih yang merdu, sekarang harus menggali-gali hafalan agar shalat tarawihnya gak baca surah yang itu-itu saja. Tak terdengar ayat khas Q. S. Al-Baqarah: 183-185. Laki-laki yg biasanya shalat tarawih sambil ngantuk dan gak fokus, sekarang harus jadi imam di keluarga sendiri.
Antara penceramah dan jamaah sekarang dibatasi layar HP, laptop, atau TV, dari yg biasanya hanya dibatasi udara dari hembusan kipas angin masjid atau tembok masjid kalau di dalem penuh. Tak perlu repot-repot mencari masjid untuk tempat itikaf yg nyaman, pakai AC, berkarpet empuk, materi kultumnya menarik, qiyamullail nya cepet, dan dapat sahur gratis. Semua bisa dilakukan di kamar sendiri yg nyaman, di kasur yg empuk, mungkin pakai AC, topik kultum semau kita di Youtube, dan qiyamullail secepat atau selama yg kita mau. Bukber yang biasanya hanya wacana, sekarang malah tidak terdengar wacananya. Gak ada ribetnya sesuain jadwal yg kosong, cari-cari tempat, booking restoran. Semua hanya karena ada kata 'bersama' di situ.
Lebaran yang identik dengan silaturahmi dan halal bi halal, sejenak ditiadakan. Tidak bisa icip-icip kue lebaran dan opor tetangga atau kerabat, sehingga harus puas dengan masakan sendiri. Mudik yg jadi tradisi masyarakat Indonesia sekarang dilarang. Kosongnya jalan di Jakarta sudah menjadi tren tiap lebaran dengan seluruh jalan 'berwarna hijau' di Google Maps. Tahun ini juga begitu, tetapi alasannya bukan karena mudik sepertinya. Reporter-reporter yg menyampaikan arus lalin di jalur mudik, serta kepolisian dan dishub yg menyampaikan angka dan data kendaraan pemudik, berganti dengan humas-humas yg menyampaikan angka dan grafik "positif" serta kematian.
Baju baru untuk lebaran pun jadi tidak relevan lagi, karena toh lebaran di rumah saja kan? Kedatangan tamu juga tidak. Gak perlu rapi-rapi, gak akan ada orang yang melihat baju barumu. Shalat Eid yg menjadi shalat paling akbar dengan jamaah terbanyak, sekarang tidak melebihi jamaah shalat shubuh di bulan biasa. Sunnah-sunnah seperti mengumandangkan takbir sepanjang perjalanan ke lapangan, melalui jalur pulang yg berbeda, menyapa tetangga sekitar, mengucap "Selamat lebaran, mohon maaf lahir batin" tiba-tiba hilang.
Ramadhan apa tanpa ke masjid dan lebaran apa tanpa silaturahmi? Ya, Ramadhan dan lebaran 1441 H. Dan ya, semua karena virus itu. Bukan karena pemerintah zalim, fitnah dajjal, atau invasi alien seperti di film-film. Virus yg bahkan lebih kecil dari rambut dibelah tujuh.
Semoga Ramadhan dan lebaran tahun depan tidak seperti tahun ini dan kembali seperti tahun-tahun sebelumnya. Serta kita masih diberi umur untuk merasakannya. Aamiin.
(Tulisan ini mungkin akan bersambung)
Walaupun begitu,
Semoga Allah masih menerima ibadah kita, yg 'terdisrupsi' oleh pandemik.
Taqabbalallahu minna wa minkum
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan yg pernah diperbuat
Nb: ilustrasi berdasarkan fatwa MUI dan imbauan pemerintah untuk melaksanakan Shalat Eid di rumah
Comments
Post a Comment