LRT Jakarta
LRT dengan dua gerbong (terlihat pendek dibanding MRT atau CL)
Selain MRT, Jakarta juga kedatangan transportasi rel lain: LRT. LRT atau kereta ringan sudah dijelaskan pada post sebelumnya tentang transportasi umum. Diulang lagi ya, LRT ialah transportasi rel seperti MRT, bedanya LRT memiliki kapasitas lebih kecil (LRT = light rail transit) dan melayani rute lebih sepi, sehingga cocok dijadikan angkutan pengumpan (feeder) untuk MRT.Sebelum di Jakarta, LRT sudah ada di Palembang. Di Jakarta sendiri ada dua layanan LRT: LRT Jakarta dibawah Pemprov DKI dan LRT Jabodebek dibawah Kemenhub dan KAI. LRT yg baru diuji coba termasuk LRT Jakarta dengan rute Kelapa Gading - Velodrome (5 stasiun), nantinya akan diteruskan ke Dukuh Atas dan Kemayoran. LRT Jabodebek direncanakan beroperasi tahun depan dgn 3 rute: Cibubur-Cawang, Bekasi Timur-Cawang, dan Cawang-Dukuh Atas. Jalur layang yg kalian temui di pinggir tol, Pancoran, dan Kuningan termasuk LRT Jabodebek. Nantinya akan diteruskan ke Palmerah, Grogol, dan Bogor. Kedua LRT ini akan bertemu di Dukuh Atas, bersama Commuter Line, MRT, KA Bandara dan TransJakarta.
Halte TJ Pemuda Rawamangun yg terintegrasi Stasiun LRT Velodrome
Stasiun Velodrome dilihat dari skybridge penghubung dengan Halte TJ Pemuda Rawamangun
Jalur LRT dilihat dari JPO Halte TJ Pulomas
Sebenarnya LRT Jakarta direncanakan beroperasi saat Asian Games tahun lalu, tetapi seperti biasa, ngaret sampai tahun ini. Bisa dilihat rute LRT Jakarta melewati Velodrome dan Equestrian, yg merupakan tempat pelaksanaan Asian Games. Stasiun LRT Velodrome sudah terintegrasi TJ koridor 4 di Halte Pemuda Rawamangun. Sayangnya Stasiun LRT Pulomas dan Halte TJ Pulomas belum terintegrasi dan berjarak cukup jauh. LRT Jakarta menggunakan lebar rel standar (1.435 mm), tidak seperti KA, CL, MRT dan LRT Jabodebek yg menggunakan rel sempit (1.067 mm). LRT juga tidak menggunakan kabel atas, karena listrik berasal dari bawah (third rail).
Peron LRT di lantai 2. Terlihat lantai 3 di atas untuk menghubungkan kedua peron
Secara default LRT memiliki 2 gerbong, yg dapat digabung menjadi 4. Jika hanya 2 gerbong LRT tidak terlihat seperti kereta yg biasanya panjang, melainkan seperti BRT gandeng. Makanya saat pertama kali naik LRT, muncul dalam benak: Jakarta sudah punya BRT, kenapa harus buat LRT? Biaya pembangunan BRT layang lebih murah dari LRT. Apalagi jika diteruskan ke Dukuh Atas, akan berimpit dgn TJ 4 (Dukuh Atas-Pulo Gadung). Tapi kalau dipikir-pikir, Singapura yg penduduknya 5 juta saja punya LRT, masa Jakarta mau ngandelin BRT terus? Sehinggga saya melihat LRT sebagai bentuk upgrade dari BRT (TransJakarta).
Stasiun Pulomas. Jalur LRT lebih rendah dibanding MRT, CL layang, dan TJ 13
Stasiun LRT memiliki 3 lantai, namun berbeda dgn MRT dan CL layang, peron LRT berada di lantai tengah, bukan di lantai teratas. Lantai teratas digunakan untuk menghubungkan kedua peron dan fasilitas seperti Musholla (bisa dilihat pada gambar-gambar di atas). Jalur layang LRT memang lebih rendah dari MRT, CL layang, atau TJ 13. Jadi kalau arahnya benar, kita tinggal naik 1 lantai dan sampai di peron. Dengan begitu mendaki tangga LRT tidak se-melelahkan naik MRT atau CL. Yg membuat saya berpikir: kenapa jalur TJ layang (koridor 13) harus dibuat tinggi, tidak seperti LRT yg rendah? TJ 13 terkenal dgn haltenya yg sangat tinggi dan umumnya tidak memiliki eskalator. (TJ 13 sudah diulas di eps 6 "Karya Jokowi - Ahok - Djarot")
Comments
Post a Comment